Minggu, 02 Juli 2017

Bimbingan dan Konseling

Bimbingan perlu diberikan berkelanjutan sepanjang hidup bagi mereka yang membutuhkan bantuan.namun demikian, masa bantuan paling penting dan paling efektif adalah pada masa kebiasaan, sikap dan ideal baru mulai terbentuk , dan pada masa teknik untuk membantu diri sendiri sedang berkembang. Masa remaja adalah masa pengambilan keputusan atau penentuan pilihan, karena itu penting adanya bimbingan di jenjang pendidikan lanjutan.

Apakah yang dimaksud dengan bimbingan dan konseling ?

Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, sosial, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995)

Bimbingan dan konseling merupakan  upaya proaktif dan sistematik dalam memfasilitasi individu mencapai tingkat perkembangan yang optimal, pengembangan perilaku yang efektif, pengembangan lingkungan, dan peningkatan fungsi atau manfaat individu dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses perkembangan individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif. Bimbingan dan konseling memegang tugas dan tanggung jawab yang penting untuk mengembangkan lingkungan, membangun interaksi dinamis antara individu dengan lingkungan, membelajarkan individu untuk mengembangkan, merubah dan memperbaiki perilaku.

Apakah tujuan dari bimbingan dan konseling itu ? 
  1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang.
  2.  Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik secara optimal.
  3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya.
  4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.


Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah lanjutan tingkat atas untuk :
  •     Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya sendiri yang berkaitan dengan: a).Pengetahuan yang dicapai bagi kelanjutan studi, b).Ketrampilan yang dicapai bagi jabatan pekerjaan, dan c).Sikap yang dimiliki bagi komunikasi dalam hubungan sosial
  •     Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi ciri-ciri dan tuntutan sekolah kini dan prospek mendatang.
  •     Mengatasi kesulitan dalam menguasai pengetahuan tuntutan sekolah.
  •     Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi ciri-ciri dan tuntutan berbagai jenis karir dan lapangan kerja kini dan prospek mendatang.
  •     Mengatasi kesulitan dalam menguasai ketrampilan-ketrampilan tertentu yang dituntut suatu jenis karir dan lapangan kerja.
  •     Mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi ciri-ciri dan tuntutan lingkungan sosial (orangtua, calon pasangan hidup, masyarakat sekolah, masyarakat luas) kini dan prospek tertentu.
  •     Mengatasi kesulitan dalam menguasai sikap-sikap hormat dan penghargaan yang diharapkan lingukangan sosial tertentu.
  •     Mengatasi kesulitan membuat keputusan arah pilihan kelompok mata pelajaran bagi kemungkinan kelanjutan studi, atau kemungkinan kelanjutan studi, atau kemungkinan karir dan jabatan pekerjaan; dan arah pilihan bagi kemungkinan calon pasangan hidup, serta dalam mengadakan penyesuaian dengan orangtua, masyarakat sekolah, dan masyarakat luas.

Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus

Menurut Sunan & Rizzo (1979), Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang memiliki perbedaan dalam beberapa dimensi penting dari fungsi kemanusiaannya. Mereka adalahyang secara fisik, psikologis, kognitif atau sosial terhambat dalam mencapai tujuan / kebutuhan dan potensinya secara maksimal sehingga memerlukan penanganan yang terlatih dari tenaga kerja professional.
*gifted disebut anak berkebutuhan khusus karena dia butuh penanganan secara khusus dalam pendidikannya karena kalau kita masukan ke sekolah normal, dia akan bermasalah. Karena sebenarnya dia memiliki potensi yang besar.
Menurut Mangunsong (2009), ABK sebagai anak yang membutuhkan pendidikan dan layanna khusus untuk mengoptimalkan potensi kemanusiaannya secara utuh akibat adanya perbedaan kondisi dengan kebanyakan anak lainnya.
Perbedaannya meliputi : ciri-ciri mental, kemampuan sendorik, fisik dan neuromuscular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi ataupun kombinasi 2 atau lebih dari berbagai hal tersebut.
Kombinasi 2 hal tersebut dinamakan double handicap
Kombinasi 3 hal tersebut dinamakan multi handicap

Istilah yang berkaitan dengan ABK :
1.     Disability : berkurangnya atau hilangnya fungsi organ atau bagian tubuh tertentu. Disebut juga “impairment”.
Contoh : low vision, dimana kalau membaca bisanya dengan jarak dekat dan tulisan besar. Kerusakan fungsi pendengaran.
2.    Handicap : masalah atau dampak dari kerusakan (disability atau impairment) yang dialami oleh individu ketika berinteraksi dengan lingkungan.
Contoh : orang tuna netra yang tidak bisa melihat, akan sulit berjalan di lingkungan yang dia ga kenal.
3.   At Risk : anak yang meskipun tidak teridentifikasikn memilki kerusakan namun berpeluang mengalamihambatan atau masalah tertentu.
Contoh : seseorang yang tidak memilki gangguan tapi dia mengalami kesulitan salm belajar.

Pendidikan khusus / laur biasa yang di desain khusus untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dari siswa berkebutuhan khusus. Pendidikan itu untuk mengoptimalkan potensi-potensi yang dimiliki. Contohnya anak autis yang ringan masih mau memotret-motret, nah potensi itulah yang dioptimalkan.
Tujuan utamanya : menemukan dan menitikberatkan kemampuan siswa berkebutuhan khusus.

Tujuan Pendidikan Khusus :
1.     Untuk mengembangkan kehidupan anak didik & siswa sebagai pribadi
2.    Mengembangkan kehidupan anak didik dan siswa sebagai anggota masyarakat
3.    Mempersiapkan siswa untuk dapat memiliki keterampilan sebagai bekal memasuki dunia kerja
4.    Mempersiapkan anak didik dan siswa untuk megikuti pendidikan lanjutan

Model Penyelenggaraan Pendidikan ABK
1. Segregasi : Anak berkebutuhan khusus belajar dalam lingkungan yang berisi anak-anak berkebutuhan khusus juga
Jenis : TKLB, SDLB, SMPLB, SMLB
Kelemahan :
-          Sering fokus pada apa yang tidak dapart dilakukan anak sehingga dapat menimbulkan masalah konsep diri
-          Anak cenderung terisolasi sehingga kehilangan kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebaya dan belajar tentang perilaku dalam keterampilan yang tepat

2. Integrasi : anak berkebutuhan khusus diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan anak normal di sekolah reguler.
Bentuknya :
-          Integrasi dalam acara-acara tertentu
-          Berada dalam satu kompleks sekolah namun dengan gedung dan jadwal berbeda
-          Jam istirahatnya sama tapi tidak begitu berinteraksi

3. Inklusi : penempatan anak berkelainan tingkat ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas reguler.

Diagnosa dan Pelebelan Keluarbiasaan:
-          Dampak positif : memungkinkan anak mendapat perlakuan dan penerimaan yang tepat dari lingkungan
-          Dampak negatif : dapat membuat lingkungan memandang anak secara negatif, begitu juga dengan dirinya.

Bentuk dan Jenis PALB
·         Bentuk pendidikan khusus
-          SLB :
a.        TKLB
b.        SDLB
c.        SLTPLB
d.       SMLB
-           Sekolah inklusi (UU sisdiknas 2003), biasanya untuk sekolah anak berbakat

Jenis SLB
- SLB A : untuk tuna netra 
Persyaratan : keterangan dari dokter mata, umur sebaiknya 3-7 tahun dan tidak lebih dari 14 tahun.
- SLB B : untuk tuna rungu

Persyaratan : keterangan dari dokter THT, umur sebaiknya 5-11 tahun.
SLB C : untuk tuna grahita IQ 50 – 75, untuk mampu didik
C1: untuk tuna grahita IQ 25 – 50, untuk mampu latih
Persyaratan : keterangan IQ dari psikolog, keterangan dari sekolah terakhir dan umur sebaiknya 5,5 – 11 tahun.
SLB D : untuk tuna daksa dengan IQ normal
D1 : untuk tuna daksa dengan IQ ˂ normal : daoble handicap
Persyaratan : keterangan dokter umum, ortopedi, dan syaraf dan keteranagn psikolog, umur 3 – 9 tahun.
SLB E : untuk tuna laras
Persyaratan : anak mengalami kesulitan menyesuaikan diri atau pernah melakukan kejahatan, umur 6 – 18 tahun.
SLB G : untuk tuna ganda

Persyaratan : keterangan dari dokter dan psikolog

PSIKOLOGI SEKOLAH

Psikologi sekolah merupakan bagian dari psikolgi pendidikan.
Sesuai dengan pengertian ilmu psikologi, psikologi sekolah mempelajari perilaku dan proses mental di lingkungan sekolah. Dalam hal ini, psikologi sekolah berfokus pada siswa, guru, dan orangtua siswa.

Perbedaan Psikologi Sekolah dalam dan Psikologi Pendidikan
Psikologi sekolah
Psikologi sekolah merupakan ilmu terapan dari psikologi pendidikan yang hanya berfokus pada sekolah dan bidang – bidangnya di sekolah, terutama terhadap murid. Psikologi sekolah juga berusaha menciptakan situasi yang mendukung bagi anak didik dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosialisasi, dan emosi yang bertujuan untuk membentuk pola pikir anak.
Psikologi Pendidikan
Menurut santrock, psikologi pendidikan adalah cabang psikologi yang mengkhususkan diri pada pemahaman tentang proses belajar dan mengajar dalam lingkungan pendidikan. Secara harfiah atau etimologis, psikologi berasal dari kata "psyche" yang berarti jiwa dan "logos" yang berarti ilmu. Psikologi mengandung makna yaitu ilmu jiwa yang berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari jiwa manusia melalui gejala-gejalanya, aktivitas-aktivitasnya atau perilaku manusia. Psikologi pendidikan berarti cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari jiwa manusia atau perilaku manusia di bidang pendidikan. Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajar dalam bidang pendidikan, keefektifan dalam proses pembelajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah.
Dari pengertian psikologi pendidikan dan psikologi sekolah itu sendiri, dapat dilihat perbedaan bahwa psikologi pendidikan adalah  cabang ilmu psikologi yang mempelajari jiwa manusia dalam bidang pendidikan serta gejala – gejala di bidang pendidikan. Sedangkan psikologi sekolah adalah ilmu terapan dari psikologi pendidikan yang lebih mengkhususkan diri lagi hanya di dalam lingkungan sekolah, dalam proses pembelajaran dan pengajaran dan lebih secara detail memahami jiwa dan perilaku manusia di dalamnya terutama terhadap murid.

Fungsi Sekolah sebagai Agen Perubahan

Sekolah harus memiliki fungsi dan peran dalam perubahan masyarakat menuju ke arah perbaikan dalam segala aspek. Dalam hal ini, sekolah memiliki dua karakter secara umum. Pertama, melaksanakan peranan fungsi dan harapan untuk mencapai tujuan dari sebuah sistem. Kedua, mengenali individu yang berbeda-beda dalam peserta didik yang memiliki kepribadian dan disposisi kebutuhan.
Sebagai agen perubahan sekolah berfungsi sebagai alat :
a. Pengembangan pribadi
b.  Pengembangan budaya
c.  Pengembangan bangsa
d. Pengembangan warga

Metode yang Dapat Digunakan Dalam Sistem Pengajaran Di Sekolah
Metode pengajaran di sekolah dapat berupa :
a. Metode ceramah yaitu menyajikan bahan pelajaran oleh guru sehingga siswa memahami informasi dari materi pelajaran yang disajikan.
b. Metode diskusi yaitu menyajikan bahan pelajaran melalui suatu masalah yang harus diselesaikan secara bersama dibimbing oleh guru.
c. Metode demonstrasi yaitu menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung pada objeknya atau cara melakukan sesuatu.

Permasalahan-Permasalahan yang Terjadi Di Sekolah dan Solusi Pemecahan Masalah
Berikut ini adalah contoh tindakan yang termasuk kategori bullying; pelaku baik individual maupun group secara sengaja menyakiti atau mengancam korban dengan cara:
  • Bullying secara fisik: menarik rambut, meninju, memukul, mendorong, menusuk
  • Bullying secara emosional: menolak, meneror, mengisolasi atau menjauhkan, menekan, memeras, memfitnah, menghina, dan adanya diskriminasi berdasarkan ras, ketidakmampuan, dan etnik
  • Bullying secara verbal: memberikan nama panggilan, mengejek, dan menggosip, mengerjai seseorang untuk mempermalukannya, mengintimidasi atau mengancam korban, melakukan pengompasan.

            Bullying merujuk pada tindakan yang bertujuan menyakiti dan dilakukan secara berulang. Sang korban biasanya siswa yang lebih lemah dibandingkan sang pelaku.

Menurut Dan Olweus, Author of Bullying at School Bullying Bisa dibagi menjadi dua bagian besar yaitu:
1. Direct bullying : intimidasi secara fisik, verbal
2. Indirect Bullying: isolasi secara sosial


Penanganan yang bisa dilakukan seperti :
1. Usahakan guru mengetahui apa yang terjadi seperti apa permasalahannya dan apa alasan mengapa siswa tersebut membully temannya.
2. Bantu siswa tersebut mengatasi ketidaknyamanan yang ia rasakan. Pastikan guru menerangkan dalam bahasa sederhana dan mudah dimengerti siswa tersebut. Jangan pernah menyalahkan siwa korban atas tindakan bullying yang ia alami.
3. Hadapkanlah korban dan pelaku bullying tersebut, juga sertakan orangtua siswa yang bersangkutan agar mereka juga mendapat pencerahan dari orangtua mereka masing-masing.


Pencegahan Bullying Secara Preventif :
1. Sosialisasi antibullying kepada siswa, guru, orang tua siswa, dan segenap civitas akademika di sekolah.
2. Penerapan aturan di sekolah yang mengakomodasi aspek antibullying.
3. Membuat aturan antibullying yang disepakati oleh siswa, guru, institusi sekolah dan semua civitas akademika institusi pendidikan/ sekolah.
4. Penegakan aturan/sanksi/disiplin sesuai kesepakatan institusi sekolah dan siswa, guru dan sekolah, serta orang tua dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur pemberian sanksi.
5. Membangun komunikasi dan interaksi antarcivitas akademika.

Sabtu, 08 April 2017

Learning - Psikologi Pendidikan


A.      Definisi belajar
Skiner, yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya educational psychology the teaching-learning process, belajar  adalah  suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Berdasarkan eksperimennya B.F Skimer percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat(reinforce)
Chaplin dalam dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan  pertama berbunyi belajar  adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif  menetap sebagai akibat latihan  dan  pengalaman. Rumusan kedua belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus. Hintzman dalam bukunya menyatakan  belajar adalah suatu perubahan  yang terjadi didalam diri organisme (manusia dan hewan)  disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
With  menyatakan belajar  adalah  perubahan  yang relatif  menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman. Reber dalam kamus susunannya yang tergolong modern, Dictionary of psychology membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan, biasanya sering dipakai dalam pembahasan psikologi kognitif. Kedua belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperbuat. Dalam definisi ini terdapat empat macam Istilah yang esensial dan perlu disoroti untuk memahami proses belajar, diantaranya:
1.      Relativel permanent, yang secara umum menetap.
2.      Response potentiality, kemampuan bereaksi
3.      Reinforce, yang diperkuat
4.      Practice, Praktek atau latihan
Muhibbin Syah dalam bukunya “Psikologi pendidikan”, mengemukakan bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dari interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan pengertian ini perlu dikemukakan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku yang timbul akibat proses kematangan, keadaan gila, mabuk, dan jenuh tidak dipandang sebagai proses belajar. (Muhibbin Syah, 2010:90)
Menurut Nana Sujana belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri sesorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, ketrampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimanya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. (Nana Sujana, 2013:28)
Wasty Sumanto mengutip pendapat Howard L. Kingsley mengatakan belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam artian luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Selain itu menurut James O. Wittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. (Wasty Sumanto, 2012: 104)  
Dalam pandangan al-Ghazali, yang dikutip oleh Andewi Suhartini (2007: 586), keunggulan manusia mengenai pengetahuan, salah satunya terletak dari cara manusia memperolehnya, yaitu ada yang diperoleh melalui ilham dan mukasyafah dan ada yang diperoleh dengan cara belajar dan berpikir. Ilmu jenis pertama, diperoleh seseorang tanpa melalui usaha dan seseorang tidak tahu dari mana dan bagaimana cara ilmu tersebut berada dalam dirinya, sedangkan jenis ilmu yang kedua, diperoleh manusia dengan cara i’tibar (mengambil pelajaran) dan istibshar (melakukan pengkajian), cara yang kedua inilah yang kemudian disebut dengan belajar. Beberapa pengertian  dari para ahli lain  mengenai pengertian belajar diantaranya yaitu:
ü  Learning is the development of new associations as a result of experience (Good & Boophy, 1977).
ü  LEARNING is shown by a change in behavior as a result of experience (Cronbach, 1954, p. 47).
ü  LEARNING is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction (Spears, 1955, p. 94).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar yaitu suatu proses interaksi keadaan  internal dan proses kognitif siswa dengan mendapatkan stimulus dari lingkungan yang menjadikan perubahan pada diri seseorang kearah yang lebih baik, misalnya dari tidak bisa melakukan sesuatu menjadi bisa melakuakan sesuatu.
B.  Ragam Belajar
Dalam proses belajar dikenal  adanya bermacam-macam  kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya  ragam-ragam belajar baik dalam  aspek materi dan metodenya maupun dalam  aspek  tujuan dan  perubahan  tingkah  laku  yang diharapkan. Keanekaragaman  jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan  kebutuhan kehidupan manusia yang  juga bermacam-macam.


Berikut ini adalah beberapa ragam belajar, yaitu:
1)        Ragam Abstrak
Ragam belajar abstrak adalah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat disamping penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi, dan juga sebagian materi bidang studi agama seperti tauhid.
2)        Ragam Sosial
Ragam belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya adalah untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, persahabatan, kelompok, dan masalah lainnya yang bersifat kemasyarakatan. Selain itu, belajar sosial juga bertujuan untuk mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan memberi peluang kepada orang lain untuk memenuhi kebutuhannya secara berimbvang dan proporsional.
3)        Ragam Pemecahan Masalah
Ragam belajar pemecahan masalah yaitu belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas
4)        Ragam Rasional
Ragam belajar Rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berfikir secara logis dan rasional. Tujuannya adalah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah.
5)        Ragam keterampilan
Ragam belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular). Tujuannya adalah untuk memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan secara intensif dan teratur amat diperlukan. Termasuk dalam belajar ini misalnya belajar olahraga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik dan juga sebagian bidang studi agama seperti ibadah shalat dan haji.
6)        Ragam Kebiasaan
Ragam belajar kebisaaan adalah proses pembentukan kebisaaan-kebisaaan baru atau perbaikan kebisaaan-kebisaaan yang telah ada. Belajar kebisaaan selain mengguanakan perintah, suri tauladan dan pengalaman khusus juga menggunakan ganjaran dan hukuman (reward & punishment). Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebisaaan-kebisaaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu (konstektual) serta selaras dengan norma dan tata nilai yang berlaku, baik yang bersifat religious maupun yang bersifat kultural dan tradisional.
7)        Ragam Apresiasi
Ragam belajar apresiasi merupakan belajar mempertimbangkan (judgement) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skill) dimana dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu, misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, apresiasi lukisan, benda sejarah dan sebagainya. Bidang-bidang studi yang dapat menunjang tercapainya tujuan belajar apresiasi antara lain bahasa dan sastra, kerajinan tangan (prakarya), kesenian, menggambar, dan sebagainya. Selain Bidang studi ini, bidang studi agama juga memungkinkan untuk digunakan sebagai alat pengembangan belajar apresiasi siswa, misalnya dalam hal seni baca tulis Al-Qur’an.

8)        Ragam Pengetahuan
Ragam belajar pengetahuan ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap obejek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar terencana untuk menguasau materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen. Tujuan belajar pengetahuan ialah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang bisaanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan laboratorium atau penelitian lapangan.
C. Pengertian Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran sangat dekat dengan  pengertian strategi pembelajaran dan dibedakan dari istilah strategi, pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model pembelajaran  mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi,  metode, dan teknik. Sedangkan istilah “strategi “ awal mulanya dikenal dalam dunia militer terutama terkait dengan  perang atau dunia olah raga, namun demikian makna tersebut meluas tidak hanya ada pada dunia militer atau olahraga saja akan tetapi bidang ekonomi, sosial, pendidikan.
Menurut Ruseffendi (1980),  Model Pembelajaran adalah sebagai suatu desain yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan siswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau perkembangan pada diri siswa.
Istilah  “ model pembelajaran” berbeda dengan strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. Model pembelajaran meliputi suatu model pembelajaran  yang luas dan  menyuluruh. Konsep model pembelajaran lahir dan berkembang dari pakar psikologi dengan pendekatan dalam setting eksperimen yang dilakukan. Konsep model pembelajaran untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Bruce dan koleganya.
Lebih lanjut  Ismail (2003) menyatakan  istilah Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu : 
1.      Rasional Teoritik yang logis disusun oleh perancangnya,
2.      Tujuan Pembelajaran yang akan dicapai,
3.      Tingkah Laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil dan
4.      Lingkungan belajar  yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.
Pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang dirangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah Model Pembelajaran. Jadi, model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
D. Model-Model Belajar
 Bruce Joys dan Marsha Weil (Gage and Barlinner, 1975:444-447)  telah mengelompokkan model-model belajar itu kedalam 4 kelompok yaitu:
1.        Model Pengolahan Informasi / Information Processing Orientation
Model pengolahan  informasi mencakup semua model mengajar yang titik beratnya mengembangkan kemampuan intelektual atau kognitif siswa dengan menggunakan  proses-proses deduktif, induktif, pemecahan masalah,dll
2.        Model Interakasi Sosial / Social–Interaction Orientation.
Model interaksi sosial mencakup berbagai model mengajar yang tujuannya diarahkan kepada kemampuan bekerjasama secara kooperatif dengan orang lain, disamping memajukan saling memahami dalam kehidupan suatu kelompok sosial satu sama lain.
3.        Model Personal – humanistik / Person Orientation
Model Personal mencakup model-model mengajar seperti yang dikembangkan oleh para penganut humanistik education. Sasarannya ialah untuk memberikan kesempatan perkembangan pribadi, kreativitas, dan  kehangatn atau semangat hidup setiap individu siswa yang bersangkutan
4.        Model modifikasi tingkah laku / Behavior-Modification Orientation
Model modifikasi mencakup berbagai metode mengajar yang ditujukkan  dan dititikberatkan pada perubahan-perubahan perilaku ke arah yang diharapkan guru (objectivies model orientation).
Tiap – tiap model  pembelajaran membutuhkan sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang sedikit berbeda. Misalnya, model pembelajaran kooperatif memerlukan lingkungan belajar yang fleksibel seperti tersedia meja dan kursi yang mudah dipindahkan. Pada model pembelajaran diskusi para siswa duduk dibangku yang disusun secara melingkar atau seperti tapal kuda. Sedangkan model pembelajaran langsung siswa duduk berhadap – hadapan dengan guru. Pada model pembelajaran  kooperatif siswa perlu berkomunikasi satu sama lain, sedangkan pada model pembelajaran langsung siswa harus tenang dan memperhatikan guru.
a. Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung merupakan suatu  model pembelajaran dimana kegiatannya terfokus pada aktivitas-aktivitas akademik sehingga di dalam implementasi kegiantan pembelajaran guru melakukan kontrol yang ketat terhadap kemajuan belajar siswa. Pendayagunaan waktu serta iklim kelas yang di kontrol secara ketat pula.
Pembelajaran langsung pada umumnya dirancang secara khusus untuk mengembangkan aktivitas belajar di pihak siswa berkaitan dengan aspek pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) serta pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi) yang terstruktur dengan baik yang dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Fokus utama dari pembelajaran ini adalah pelatihan – pelatihan yang dapat diterapkan dari keadaan nyata yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Pengajaran langsung berpusat pada guru, tetapi harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa. Disini guru menyampaikan isi akademik dalam format yang terstruktur, mengarahkan kegiatan para siswa dan menguji keterampilan siswa melalui latihan-latihan di bawah bimbingan dan arahan guru. Jadi lingkungannya harus diciptakan yang berorientasi pada tugas – tugas yang diberikan pada siswa.
Ciri-ciri model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:
1. Adanya tujuan pembelajaran
Pembelajaran langsung ini menekankan tujuan pembelajaran yang harus berorientasi kepada siswa dan spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian dan mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan (kriteria keberhasilan).
2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Pembelajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pembelajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa.
3. Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung
Keberhasilan metode pembelajaran langsung memerlukan lingkungan yang baik untuk presentasi dan demonstrasi, yakni ruangan yang tenang dengan penerapan cukup, termasuk alat atau media yang sesuai. Di samping itu, metode pembelajaran langsung juga bergantung pada motivasi siswa yang memadai untuk mengamati kegiatan yang dilakukan guru dan mendengarkan segala sesuatu yang dikatakannya. Pada hakikatnya, pembelajaran langsung memerlukan kaidah yang mengatur bagaimana siswa yang suka berbicara, prosedur untuk menjamin tempo pembelajaran yang baik, strategi khusus untuk mengatur giliran keterlibatan siswa, dan untuk menanggulangi tingkah laku siswa yang menyimpang.
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Langsung
Secara umum  tiap-tiap model pembelajaran tentu terdapat kelebihan-kelebihan yang membuat model pembelajaran tersebut lebih baik digunakan dibanding dengan model pembelajaran yang lainnya. Seperti halnya pada Model Direct Instruction atau model pembelajaran langsung pun mempunyai beberapa kelebihan yaitu sebagai berikut:            
1. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa
2. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil
Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi rendah
3.  Model Pembelajaran Direct Instruction menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara – cara ini. Dengan Ceramah dapat bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi, serta untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan hasil-hasil penelitian terkini.        
4.  Model Pembelajaran Direct Instruction (terutama kegiatan demonstrasi) dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan observasi. Dengan ini memungkinkan siswa untuk berkonsentrasi pada hasil – hasil dari suatu tugas dan bukan teknik – teknik dalam menghasilkannya. Hal ini penting terutama jika siswa tidak memiliki kepercayaan diri atau keterampilan dalam melakukan tugas tersebut
5. Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap berprestasi apabila model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
Selain memiliki kelebihan – kelebihan tersebut pembelajaran langsung juga memiliki kekurangan-kekurangan diantaranya sebagai berikut:
1.      Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa
2.      Karena siswa hanya memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka
3.      Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru. Jika guru tidak tampak siap, berpengetahuan, percaya diri, antusias, dan terstruktur, siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran mereka akan terhambat 
4.      Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi guru. Komunikator yang buruk cenderung menghasilkan pembelajaran yang buruk pula dan model pembelajaran langsung membatasi kesempatan guru untuk menampilkan banyak perilaku komunikasi positif
5.      Jika model pembelajaran langsung  tidak banyak melibatkan siswa, siswa akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat sedikit isi materi yang disampaikan.
 
Light Blue Pointer